Daur Ulang Ponsel, Berani??


Jika pertanyaan di atas ditujukan kepada saya, saya mungkin berpikir sekian kali. Apa iya ponsel lama harus saya masukkan begitu saja ke box daur ulang? Bukankah lebih baik disimpan di laci di rumah, diberikan kepada sanak-saudara, atau malah dijual saja, ya nggak? Pikiran saya barangkali mewakili sebagian besar warga yang kebetulan memiliki ponsel lama, baik yang masih berfungsi atau sudah tidak berfungsi. Saya harus berterus terang di sini bahwa saya memiliki beberapa ponsel bekas dan saya biarkan mereka sebagai koleksi barang-barang lawas!


Tapi apa yang dilakukan Nokia, produsen ponsel terbesar di jagat raya berbasis di Finlandia ini, sungguh menjungkirbalikkan logika kepemilikan ponsel lama selama ini. Nokia malah mengajak masyarakat Indonesia untuk mendaur ulang ponsel lama demi satu kata kunci: peduli lingkungan!
Saya mencatat selintas angka-angka penting yang dipapakan Francis Cheong yang punya jabatan Nokia Regional Manager, Market Enviromental Affairs, dan dua pejabat TES-AMM, Chandra Mahjoedin dan Bambang N Gyat. Ketiganya memaparkan presentasinya di fx lantai 7, Kamis (30/7) dengan pemandu acara Shahnaz Haque. TES-AMM adalah perusahaan yang bergerak di bidang daur ulang berbasis di Singapura. Angka-angka mencengangkan yang tertera pada slide, setidak-tidaknya mencengangkan bagi saya, adalah sebagai berikut:

- Orang yang memiliki ponsel di jagat ini sebanyak 3 miliar orang, - 3 persen pemilik ponsel lama berpikir mengenai daur ulang, - Pada masyarakat kelas menengah setiap orang memiliki 5 ponsel, - 44 persen orang lebih suka menyimpan ponsel bekas di rumah, - 16 persen menjual ponsel lama, - 25 persen diberikan kepada sanak saudara, dan - 4 persen ponsel lama dibuang.

Itu angka pemilik ponsel lama di seluruh dunia. DI Indonesia? Saya tidak percaya angka itu. Misalnya untuk Indonesia, saya tidak percaya bahwa “hanya” 16 persen saja pemilik ponsel lama menjual ponselnya. Barangkali untuk Indonesia angka itu lebih besar lagi, bahkan mungkin bisa mencapai 50 persen. Selebihnya disimpan saja di rumah atau diberikan kepada sanak-saudara. Dibuang? Nanti dulu! Meski ponsel lama dan tua, tetap berharga disimpan sebagai barang koleksi, bukan?

Maka saya salut dengan usaha Nokia, dan mungkin produsen ponsel lainnya, yang berani mengambil langkah yang selintas tidak masuk akal, yakni meminta para pemilik ponsel lama (khususnya merek Nokia) agar menyemplungkan ponsel bekas ke box daur ulang di care center Nokia di seluruh Indonesia yang berada di 91 titik. Di seluruh dunia, Nokia menciptakan care center ini sebanyak 5.000 titik di 85 negara!

Tentu saja bakal ada semacam penggantian bagi pemilik ponsel lama yang menyemplungkan ponsel ke box daur ulang, tetapi sesungguhnya tanpa mendapat apa-apapun kesadaran bahwa ponsel lama seharusnya didaurulang daripada dibuang, harus sudah ada. Memang daripada dibuang, bahan plastik yang terbenam di tanah baru bisa terurai selama satu abad lamanya, apalagi bahan-bahan logam. Yang mencengangkan, dari bahan-bahan elektronik ponsel, setelah diproses di perusahaan daur ulang TES-AMM, menghasilkan logam berharga dan bahkan emas murni!

Bahan plastik bisa dijadikan perhiasan, bahan logam bisa dijadikan ceret dan bahkan alat musik tiup. Apapun bisa dihasilkan dari sisa-sisa ponsel lama yang sudah diolah itu. Mencengangkan memang. Usaha Nokia mengkampanyekan perlunya mendaurulang ponsel lama meski terkesan sudah diberlakukan di Indonesia (karena berpikir lebih baik dikoleksi sebagai bahan antik atau malah dijual), tetap merupakan langkah penting dan berarti banyak buat lingkungan.

Akan tetapi bagi saya, penyadaran tentang pentingnya mendaurulang ponsel lama itu tidak semata-mata ditujukan kepada pemilik ponsel (konseumen), tetapi juga ditujukan kepada pedagang ponsel-ponsel bekas. Mereka ini juga perlu menjadi sasaran kampanye, sebab mungkin saja ponsel lama yang sudah tidak berfungsi itu (apalagi masih berfungsi ya dijual lagi setelah diperbaiki), mereka preteli untuk mendapatkan chip-chip di dalam ponsel itu untuk dipakai kembali. Bukankah para tukang reparasi ponsel dan pedagang ponsel bekas sangat mahir melakukan kanibel terhadap ponsel lama?

Pekerjaan berat buat Nokia. Akan tetapi bagaimanapun, Nokia sudah mencobanya di seluruh dunia, dan kini giliran Indonesia.

Bersediakah Anda mendaur ulang ponsel lama Anda?

Citizen Journalism Project/by Pepih Nugraha

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar