Di mana ada kemauan pasti ada jalan. Begitu pepatah bilang. Ternyata, kemauan keras Titik Winarti bukan hanya sekadar menghasilkan uang. Ia bahkan berhasil membantu kaum cacat untuk bergelut menghadapi kerasnya hidup ini. Hanya bermodal Rp 500.000 perempuan kelahiran Surabaya, 11 Maret 1970 ini akhirnya “lahir” sebagai pengusaha dan menyabet penghargaan bergengsi, sekaligus berkesempatan berpidato tentang anak cacat pada sidang PBB.
Apakah Anda pernah membuang kaleng bekas minuman atau botol makanan lainnya? Pasti jawabannya pernah. Karena, sekarang ini teramat banyak makanan dan minuman kaleng yang beredar di pasaran. Bagi sebagian orang kaleng bekas itu tidak berguna, sehingga menjadi sampah. Tapi berbeda, kalau barang-barang itu berada di tangan Titik Winarti.
Kaleng bekas bagi Titik bisa menjadi barang berguna yang diolahnya menjadi tempat kue, sehingga tampil beda. Awalnya dia mengerjakan kaleng bekas itu untuk dipakainya sendiri dan juga untuk mengisi waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga.
Pada 1995, waktu itu Titik yang sudah memiliki dua anak ingin menyalurkan potensinya dengan bekerja. Namun, untuk mencari pekerjaan, mungkin peluangnya kecil, karena berdampak pada tanggung jawab terhadap anaknya akan berkurang.
Akhirnya dia memutuskan usaha sendiri dengan modal Rp 500.000, dengan mengolah barang-barang bekas yang bagi kebanyakan orang tidak ada manfaatnya. "Dari situ saya mulai buka usaha sendiri di rumah untuk mengisi waktu luang, tanpa mengurangi peranan saya sebagai ibu," ungkap Titik.
Perempuan itu tidak berhenti sampai di situ. Dia juga memanfaatkan barang-barang bekas lainnya. Titik mulai menawarkan produknya kepada tetangga. Lama kelamaan, jaringan pemasarannya juga bertambah luas. Sekarang usahanya berkembang pada usaha jahitan mulai dari busana sampai aksesoris. Bahkan pemasaran barang kerajinannya kini sampai di Jakarta dan tas ke Brasil. Begitulah sekelumit perjalanan Titik mengawali perjalanan usahanya.
Kini dia memproduksi barang kerajinan dengan menggunakan bahan tekstil dan juga mengolah bahan sisa tekstil. Bagi Titik, hal itu sebuah tantangan karajinan lainnya, sehingga orang bisa dengan mudah berbisnis seperti itu. "Karena ada tanggapan dari konsumen, saya mendalami bidang usaha ini," ungkap anak kedua dari empat bersaudara itu belum lama ini di Jakarta, seperti dikutip Bisnis. Tapi usaha Titik itu mempunyai keunikan dibandingkan usaha kerajinan lainnya. Ibu tiga anak itu pun tidak hanya mencari keuntungan belaka, tapi juga mengemban misi sosial.
Pemilik kerajinan sisa tekstil Tiara Handicraft itu mempekerjakan 40 orang terdiri dari anak-anak putus sekolah (20%), dan tuna daksa (80%). Mereka berumur 17 tahun ke atas. Sejak lima tahun yang lalu, Titik mulai mempekerjakaan mereka. "Itu pun saya lakukan waktu itu karena keadaan," ungkap Titik.
Pada awalnya, Titik mengakui kesulitan melatih mereka, tapi lama kelamaan mereka bisa mandiri. Kalau orang lain melihat dari penampakan orang tuna daksa itu, sudah terbayang rasa kesulitan itu. "Tapi kalau kita mau sedikit memberikan hati kita dan pe-rasaan kita, mungkin menemukan suatu kajian yang utama pada diri mereka," tambah Titik yang mengakui para karyawannya itu mempunyai konsentrasi dan keinginan yang besar bahwa mereka bisa berkarya.
Dulu-dulu, kenang perempuan tamatan SMA itu, orang membeli produknya berdasarkan belas kasihan terhadap anak cacat yang membuatnya. Tapi kini pandangan itu sudah bergeser. Konsumen sudah memperhatikan mutu produknya, dan tidak menilai siapa yang membuatnya. "Yang penting bagi konsumen mutu produk yang mereka beli kualitas ba-gus," lanjut perempuan bertubuh agak gemuk itu lagi sambil tersenyum.
Atas dedikasi Titik yang mengkaryakan anak cacat itu, Titik pada November 2004 berkesempatan berpidato tentang anak cacat pada sidang PBB. Hasil dari kehadirannya pada sidang tersebut, kata Titik, orang mulai mengetahui tentang produknya. Dari usaha cinderamata yang mempekerjakan anak cacat itu, Titik meraih penghargaan sebagai 2nd antv Women of the Year 2005 untuk kategori Ekonomi Bisnis, belum lama ini di Hotel Mulia Jakarta.
Tahun lalu anugerah 1st antv Women'of the Year diraih oleh Eva Riyanti Hutapea, yang namanya sudah tidak asing lagi bagi kalangan bisnis kelas atas. "Saya sangat terharu dengan penghargaan ini. Penghargaan ini untuk anak cacat. Mereka tidak mau belas kasihan, tapi beri kesempatan. Saat ini kesempatan untuk mereka sangat kecil," ujar Titik. REL
Wirausaha Barang Bekas Rekrut Kaum Cacat 80%
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar